Monday 10 September 2012

Kasih sayang seorang Ibu dan Ayah

3 Harapan Utama Orang tua Terhadah Anak-anaknya

1. Tumbuh Dewasa dan Menjadi Orang yang Soleh

   Ya, terlepas dari seperti apa kita atau anak-anak kita di masa perkembangannya, orangtua hanya berharap, bahwa kelak ketika anak-anak itu dewasa pada akhirnya bisa menjadi orang yang soleh yang patuh dan taat terhadap ajaran agamanya.


Patut kita renungkan dan kita pertanyakan kepada diri kita sendiri apabila kita tidak memiliki keinginan dan harapan seperti itu. Sungguh, orangtua akan jauh lebih bangga saat anaknya menjadi pejabat, menjadi pimpinan perusahaan, menjadi pengusaha dan orang sukses atau hebat lainnya, tetapi sekaligus juga menjadi orang yang soleh.

Ini harus disampaikan dan dijadikan pedoman utama bagi anak-anak kita agar mereka tidak kehilangan arah dalam mencapai tujuan hidupnya setelah dewasa kelak. Tidak sedikit mereka yang masa kanak-kanaknya rajin beribadat, patuh dan taat kepada orangtua, tetapi kemudian akibat pengaruh lingkungan ataupun semakin lemahnya pengawasan orangtua, malah tumbuh berbelok menjadi orang yang sebaliknya. Hal ini mungkin tidak akan terjadi manakala anak-anak sudah memiliki pedoman yang pasti tentang harus seperti apa mereka setelah menjadi dewasa nanti. Dan inipun menjadi sebuah pertanyaan bagi diri kita sendiri, sudahkah ita menjadi orangtua yang soleh seperti yang diharapkan orangtua kita ? atau jangan-jangan malah kita sendiri belum tahu, seperti apakah orang yang soleh itu ? dan akan lebih mengerikan lagi apabila kita tidak atau belum memiliki sedikitpun keinginan untuk menjadi orang yang soleh ! Naudzubillah, semoga tidak demikian.

2. Hidup Sehat & Bahagia

Harapan kedua dari orangtua adalah anak-anaknya selalu dalam kondisi sehat dan hidup dalam kebahagiaan. Itulah mengapa banyak orangtua yang rewel dan gelisah manakala si kecilnya sulit makan, sulit disuruh tidur siang, sulit minum susu, dan sulit-sulit lainnya. Hal itu pulalah yang menyebabkan orangtua selalu menginginkan anak-anaknya masuk rangking di sekolah, mengikuti berbagai kegiatan, mengikuti berbagai les, belajar berbagai keterampilan, dan sebagainya yang diharapkan akan menjadi bekal di masa depannya. Hanya saja pertanyaan selanjutnya adalah, apakah hal itu harus dipaksanakan?

Tidak sedikit orangtua yang memaksa anak untuk makan, tidur siang, minum susu, vitamin dan sebagainya hanya karena ingin anaknya terlihat gemuk padahal mereka sebenarnya sudah sehat. Tidak sedikit pula orangtua yang memaksa anaknya untuk ikut les berbagai pelajaran, mengikuti berbagai kegiatan, mengikuti kursus berbagai keterampilan, padahal sebenarnya belum urgent untuk anak-anak pada usia itu sehingga menjadikan anak malah merasa tersiksa menjalaniya. Tentu hal ini harus kita kaji ulang kembali dan meluruskan pemahaman yang benar mengenai anak yang sehat dan hidup bahagia itu sendiri.

Untuk masalah kesehatan mungkin tidak sulit, karena banyak parameter-parameter yang dikeluarkan para ahli kesehatan mengenai seperti apa anak-anak yang sehat, yang kemudian bisa kita jadikan acuan perlu tidaknya kita memaksakan sesuatau dengan alasan demi kesehatan anak. Namun untuk kebahagiaan itu sendiri, setiap orang mungkin memiliki parameter yang berbeda, termasuk parameter bahagia yang ditetapkan orangtua terhadap anak. Sekiranya masih ada alternatif lain, sekiranya jalan yang akan ditempuh anak masih sedemikian panjang dimana segala sesutu hal masih sangat memungkinkan terjadi dalam proses pencapaian hidup bahagia itu, mengapa kita harus selalu memaksakan segala sesuatunya dengan alasan untuk kebahagiaan mereka ?
Mungkin hal yang benar-benar harus kita sadari dan kita camkan kepada anak-anak kita adalah bahwa kebahagiaan itu tidak hanya bisa diperoleh melalui uang atau materi atau pangkat dan jabatan. Diluar semua itu masih ada hal lain yang bisa membuat hidup lebih bahagia, yakni jiwa yang bersih, hati yang tentram, serta rasa syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya. Benarkah demikian ? mari kita tanya diri kita, apakah anda akan bahagia dengan sepeda motor yang anda miliki manakala anda merasa iri melihat tetangga yang memiliki sebuah mobil ? Apakah anda bahagia dengan benda-benda mewah yang ada di rumah anda manakala setiap saat hati anda gelisah karena takut didatangi perampok ? Apakah anda bahagia dengan uang ratusan juta rupiah yang anda miliki tetapi seminggu sekali anda harus cuci darah ?

Intinya uang, materi, pangkat, jabatan, dan sejenisnya memang bisa membuat hidup bahagia selama itu bisa memberikan jiwa yang bersih, hati yang tentram, dan selalu kita syukuri. ; akan tetapi di sisi lain, tanpa uang, materi, pangkat, jabatan dan sejenisnya, selama itu bisa membuat jiwa bersih, hati tentram, dan selalu bersyukur, itupun bisa membawa kebahagiaan yang hakiki. Tetapi tentu saja inipun jangan disalah artikan. Saya hanya sekedar ingin menekankan bahwa orientasi orangtua dalam membuat anak hidup bahagia seharusnya bukan lagi pada materi, pangkat ataupun jabatan, melainkan pada bagaimana agar anak kelak memiliki jiwa yang bersih, hati yang tentram, dan selalu mensyukuri segala nikmat yang diberikan-Nya.


3. Hidup Sejahtera & Mampu Menjadi Penolong bagi Orang Lain yang Masih Memerlukan.

Tidak ada satupun orangtua yang ingin melihat anaknya hidup susah. Segala daya dan upaya dilakukan oleh orangtua agar anaknya kelak bisa hidup sejahtera. Dan orangtua akan merasa lebih bahagia, manakala kesejahteraan yang telah diraih anak-anaknya itu bisa pula dirasakan oleh mereka yang masih membutuhkannya dengan cara menolong menyisihkan sebagian dari harta yang dimilikinya. Semua orangtua pasti tidak menghendaki anaknya menjadi orang yang kikir dan bahil, yang tidak menyadari bahwa dari apa yang telah diperolehnya itu masih ada rejeki orang lain didalamnya yang harus disampaikan kepada yang berhak menerimanya.

Terlepas apakah seorang anak kelak akan menjadi seorang pejabat, seorang pimpinan perusahaan, seorang pengusaha sukses, atau hanya menjadi orang biasa, selama dia hidup sejahtera sanggup mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya dan mampu menjadi penolong bagi kepentingan agama dan orang lain yang membutuhkannya, tentu itu akan sangat membahagiakan bagi orang tua.

Masalah kesejahteraan hidup ini merupakan masalah yang benar-benar penting yang tidak boleh diabaikan mengingat banyak berbagai permasalahan yang akan timbul bila hal ini diabaikan.

Demikianlah, terlepas dari apapun dan bagaimanapun yang telah orangtua kita lakukan untuk kita, sebagai anak yang sudah dewasa apalagi telah berpredikat sebagai orangtua, tentu kita sendirilah yang memastikan bahwa ketiga hal itu bisa kita raih dengan segala daya upaya dan do’a kita. Sementara sebagai orangtua yang telah memilik anak-anak, kitapun tentu akan berusaha membimbing, mengarahkan, dan membantu anak-anak kita untuk mencapai ketiga hal tersebut. Dan suatu hal yang wajar bila kemudian selama prosesnya terdapat pertentangan dan perbedaan. Tetapi yang terpenting adalah memastikan bahwa perbedaan dan pertentangan itu tidak akan membelokan dari tujuan akhir yang ingin dicapainya. Semoga bermanfaat.


 Untuk Orang Tua


Lumrah kehidupan.. ^_^










Cemburu Lumrah Kehidupan

Definisi cemburu menurut kamus adalah ketakutan berpindahnya rasa kasih sayang terhadap orang lain, atau ketidakpercayaan akan kesetiaan orang yang dicintai, seperti suami, isteri atau kekasih. Kecemburuan juga boleh wujud dalam persahabatan atau antara adik-beradik seperti kakak dengan adik kandungnya.

Cemburu dapat dikesan apabila seseorang itu mempunyai perasaan terhadap orang yang dicemburuinya. Oleh itu seringkali kita mendengar orang berkata ‘cemburu tandanya sayang’ yang seolah-olah menggambarkan bahawa cemburu adalah satu standard untuk menilai kasih sayang sesuatu pasangan. Mungkin ini ada benarnya kerana jika kita tidak sayang pada seseorang mengapa mesti kita merasa cemburu terhadapnya.


Sesungguhnya sifat cemburu adalah naluri manusia yang amat sukar untuk dibendung. Lantaran ia adalah disebabkan oleh sikap ‘possesive’ seseorang terhadap pasangannya. Di mana dalam dirinya ada satu pengakuan jelas (tetapi tidak secara langsung) bahawa pasangannya itu hanya untuk dirinya sahaja dan tidak boleh sama sekali diambil atau dikongsi dengan orang lain.


Namun begitu sifat terlampau cemburu yang mencapai tahap ‘cemburu buta’ amat tidak digalakkan kerana ia boleh menggugat hubungan sesebuah rumahtangga begitu juga ketiadaan langsung sifat cemburu pula sebenarnya boleh membawa akibat buruk kerana ia boleh menjadi punca pasangan ‘mudah

dikebas orang’. Dengan itu terdapat dua jenis cemburu iaitu cemburu yang positif dan cemburu yang negatif.

Bila berbicara tentang cemburu juga, ramai menuding jari mengaitkannya dengan kaum hawa di mana mereka beranggapan bahawa kaum wanita ini sangat kuat cemburunya. Dalam soal ini, sebenarnya sama ada lelaki mahupun wanita masing-masing mempunyai sifat cemburu. Cuma yang membezakannya ialah tahap cemburu tersebut dan sejauh manakah perasaan cemburu itu berjaya dikawal.


Dalam hubungan suami isteri, sifat cemburu wajib dikawal. Jika tidak klimaksnya nanti boleh membawa kepada putusnya sesuatu ikatan perkahwinan itu (bercerai). Dalam hal ini rasa cemburu acapkali membuatkan seseorang berubah menjadi orang yang selalu curiga dan sentiasa berprasangka buruk. Hakikatnya dia sedar bahawa sikap cemburunya itu kurang menyenangkan pasangannya tetapi dia tidak mampu mengawalnya. Dia merasakan bahawa apa yang dilakukan semuanya betul dan sentiasa ingin tahu apa yang dilakukan oleh pasangannya hatta perkara yang kecil sekalipun sehingga mencetuskan pertengkaran demi pertengkaran yang menggugat kemesraan yang terjalin sebelumnya.


Oleh itu untuk menyelamatkan keadaan, seseorang itu apabila dapat melihat tanda-tanda awal cemburu pada pasangannya, hendaklah bertindak segera agar tidak merebak. Ikutilah tips berikut tentang bagaimana untuk mengawal keadaan sekiranya mendapat pasangan yang kuat cemburu.


Jika pasangan kita mula menunjukkan rasa cemburu, jangan terbawabawa dengan sifatnya itu. Mungkin kita tidak perlu menjawab setiap soalan yang diajukan. Sebaliknya lebih baik berdiam diri sahaja daripada terus menyemarakkan kemarahannya.


Anggaplah bahawa dia sebenarnya tidak berniat untuk melukai hati kita. Mungkin ini tidak disedarinya dan jangan ambil hati.


Cuba sedaya upaya untuk membina keyakinan diri padanya. Pujilah pasangan atau mintalah nasihatnya bila perlu dan sentiasa luahkan perasaan cinta yang membuktikan bahawa kita menyayanginya. Malah sebaiknya berikanlah dia sokongan yang berterusan agar dia merasa sentiasa disayangi dan dihargai.


Jangan membabitkan diri dalam situasi yang boleh membuahkan perasaan cemburu bagi pasangan seperti suka berfoya-foya, berbual-bual mesra atau bergurau senda dengan orang lain.


Berbincanglah dengan pasangan tentang perasaannya. Jika kita telah berusaha sedaya upaya tetapi pasangan tetap tidak boleh mengawal rasa cemburunya, kaunseling mungkin jalan terakhir untuk menyelamatkan keadaan.

Lagu Allahyarham Tan Sri P.Ramlee telah sedikit sebanyak diselitkan panduan agar sesebuah perhubungan berkekalan sampai hujung nyawa.