3 Harapan Utama Orang tua Terhadah Anak-anaknya
Ya, terlepas dari seperti apa kita atau anak-anak kita di masa perkembangannya, orangtua hanya berharap, bahwa kelak ketika anak-anak itu dewasa pada akhirnya bisa menjadi orang yang soleh yang patuh dan taat terhadap ajaran agamanya.
Patut kita renungkan dan kita pertanyakan
kepada diri kita sendiri apabila kita tidak memiliki keinginan dan
harapan seperti itu. Sungguh, orangtua akan jauh lebih bangga saat
anaknya menjadi pejabat, menjadi pimpinan perusahaan, menjadi pengusaha
dan orang sukses atau hebat lainnya, tetapi sekaligus juga menjadi orang
yang soleh.
Ini harus disampaikan dan dijadikan
pedoman utama bagi anak-anak kita agar mereka tidak kehilangan arah
dalam mencapai tujuan hidupnya setelah dewasa kelak. Tidak sedikit
mereka yang masa kanak-kanaknya rajin beribadat, patuh dan taat kepada
orangtua, tetapi kemudian akibat pengaruh lingkungan ataupun semakin
lemahnya pengawasan orangtua, malah tumbuh berbelok menjadi orang yang
sebaliknya. Hal ini mungkin tidak akan terjadi manakala anak-anak sudah
memiliki pedoman yang pasti tentang harus seperti apa mereka setelah
menjadi dewasa nanti. Dan inipun menjadi sebuah pertanyaan bagi diri
kita sendiri, sudahkah ita menjadi orangtua yang soleh seperti yang
diharapkan orangtua kita ? atau jangan-jangan malah kita sendiri belum
tahu, seperti apakah orang yang soleh itu ? dan akan lebih mengerikan
lagi apabila kita tidak atau belum memiliki sedikitpun keinginan untuk
menjadi orang yang soleh ! Naudzubillah, semoga tidak demikian.
Harapan kedua dari
orangtua adalah anak-anaknya selalu dalam kondisi sehat dan hidup dalam
kebahagiaan. Itulah mengapa banyak orangtua yang rewel dan gelisah
manakala si kecilnya sulit makan, sulit disuruh tidur siang, sulit minum
susu, dan sulit-sulit lainnya. Hal itu pulalah yang menyebabkan
orangtua selalu menginginkan anak-anaknya masuk rangking di sekolah,
mengikuti berbagai kegiatan, mengikuti berbagai les, belajar berbagai
keterampilan, dan sebagainya yang diharapkan akan menjadi bekal di masa
depannya. Hanya saja pertanyaan selanjutnya adalah, apakah hal itu harus
dipaksanakan?
Tidak sedikit
orangtua yang memaksa anak untuk makan, tidur siang, minum susu, vitamin
dan sebagainya hanya karena ingin anaknya terlihat gemuk padahal mereka
sebenarnya sudah sehat. Tidak sedikit pula orangtua yang memaksa
anaknya untuk ikut les berbagai pelajaran, mengikuti berbagai kegiatan,
mengikuti kursus berbagai keterampilan, padahal sebenarnya belum urgent
untuk anak-anak pada usia itu sehingga menjadikan anak malah merasa
tersiksa menjalaniya. Tentu hal ini harus kita kaji ulang kembali dan
meluruskan pemahaman yang benar mengenai anak yang sehat dan hidup
bahagia itu sendiri.
Untuk masalah
kesehatan mungkin tidak sulit, karena banyak parameter-parameter yang
dikeluarkan para ahli kesehatan mengenai seperti apa anak-anak yang
sehat, yang kemudian bisa kita jadikan acuan perlu tidaknya kita
memaksakan sesuatau dengan alasan demi kesehatan anak. Namun untuk
kebahagiaan itu sendiri, setiap orang mungkin memiliki parameter yang
berbeda, termasuk parameter bahagia yang ditetapkan orangtua terhadap
anak. Sekiranya masih ada alternatif lain, sekiranya jalan yang akan
ditempuh anak masih sedemikian panjang dimana segala sesutu hal masih
sangat memungkinkan terjadi dalam proses pencapaian hidup bahagia itu,
mengapa kita harus selalu memaksakan segala sesuatunya dengan alasan
untuk kebahagiaan mereka ?
Mungkin hal yang
benar-benar harus kita sadari dan kita camkan kepada anak-anak kita
adalah bahwa kebahagiaan itu tidak hanya bisa diperoleh melalui uang
atau materi atau pangkat dan jabatan. Diluar semua itu masih ada hal
lain yang bisa membuat hidup lebih bahagia, yakni jiwa yang bersih, hati
yang tentram, serta rasa syukur atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Benarkah demikian ? mari kita tanya diri kita, apakah anda akan bahagia
dengan sepeda motor yang anda miliki manakala anda merasa iri melihat
tetangga yang memiliki sebuah mobil ? Apakah anda bahagia dengan
benda-benda mewah yang ada di rumah anda manakala setiap saat hati anda
gelisah karena takut didatangi perampok ? Apakah anda bahagia dengan
uang ratusan juta rupiah yang anda miliki tetapi seminggu sekali anda
harus cuci darah ?
Intinya uang,
materi, pangkat, jabatan, dan sejenisnya memang bisa membuat hidup
bahagia selama itu bisa memberikan jiwa yang bersih, hati yang tentram,
dan selalu kita syukuri. ; akan tetapi di sisi lain, tanpa uang, materi,
pangkat, jabatan dan sejenisnya, selama itu bisa membuat jiwa bersih,
hati tentram, dan selalu bersyukur, itupun bisa membawa kebahagiaan yang
hakiki. Tetapi tentu saja inipun jangan disalah artikan. Saya hanya
sekedar ingin menekankan bahwa orientasi orangtua dalam membuat anak
hidup bahagia seharusnya bukan lagi pada materi, pangkat ataupun
jabatan, melainkan pada bagaimana agar anak kelak memiliki jiwa yang
bersih, hati yang tentram, dan selalu mensyukuri segala nikmat yang
diberikan-Nya.
Tidak ada satupun
orangtua yang ingin melihat anaknya hidup susah. Segala daya dan upaya
dilakukan oleh orangtua agar anaknya kelak bisa hidup sejahtera. Dan
orangtua akan merasa lebih bahagia, manakala kesejahteraan yang telah
diraih anak-anaknya itu bisa pula dirasakan oleh mereka yang masih
membutuhkannya dengan cara menolong menyisihkan sebagian dari harta yang
dimilikinya. Semua orangtua pasti tidak menghendaki anaknya menjadi
orang yang kikir dan bahil, yang tidak menyadari bahwa dari apa yang
telah diperolehnya itu masih ada rejeki orang lain didalamnya yang harus
disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
Terlepas apakah
seorang anak kelak akan menjadi seorang pejabat, seorang pimpinan
perusahaan, seorang pengusaha sukses, atau hanya menjadi orang biasa,
selama dia hidup sejahtera sanggup mencukupi kebutuhan diri dan
keluarganya dan mampu menjadi penolong bagi kepentingan agama dan orang
lain yang membutuhkannya, tentu itu akan sangat membahagiakan bagi orang
tua.
Masalah
kesejahteraan hidup ini merupakan masalah yang benar-benar penting yang
tidak boleh diabaikan mengingat banyak berbagai permasalahan yang akan
timbul bila hal ini diabaikan.
Demikianlah, terlepas dari apapun dan bagaimanapun yang telah orangtua
kita lakukan untuk kita, sebagai anak yang sudah dewasa apalagi telah
berpredikat sebagai orangtua, tentu kita sendirilah yang memastikan
bahwa ketiga hal itu bisa kita raih dengan segala daya upaya dan do’a
kita. Sementara sebagai orangtua yang telah memilik anak-anak, kitapun
tentu akan berusaha membimbing, mengarahkan, dan membantu anak-anak kita
untuk mencapai ketiga hal tersebut. Dan suatu hal yang wajar bila
kemudian selama prosesnya terdapat pertentangan dan perbedaan. Tetapi
yang terpenting adalah memastikan bahwa perbedaan dan pertentangan itu
tidak akan membelokan dari tujuan akhir yang ingin dicapainya. Semoga
bermanfaat.